PURWAKARTA, Rajawalinews.- Jembatan Bodem, Desa Cijunti, Kabupaten Purwakarta ambruk diduga disebabkan material yang digunakan tidak memenuhi syarat.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Komunitas Masyarakat Purwakarta (KMP) Zaenal Aminin, Kamis (23/4/2020).
Beberapa hari lalu, KMP mengajak tim ahli ITB mengecek langsung reruntuhan jembatan Bodem. Ternyata, hasil pengecekan sesuai prediksi.
“Kondisi di lapangan struktur pondasi masih utuh. Tidak seperti klaim mereka, diakibat faktor alam tergerus air,” katanya.
Pria yang akrab disapa ZA ini menjaskan, jika aliran air dahsyat maka pondasi harus hancur. Dengan kondisi air seperti itu, baru mempengaruhi konstruksi jembatan sehingga roboh.
“Saya ingin menjelaskan tentang aktual di palangan :Pertama, jembatan tersebut hanyalah pada saluran sekunder tidak seperti jembatan di dekatnya yang menentang di aliran primer dan panjang dua kali lipatnya, bahkan dibangun sekitar tahun 1989. Sehingga asumsi faktor tergerus aliran air, menajdi artifisial. Kedua, bilamana dinding samping kiri kanan roboh maka seharusnya kontruksi jembatan malah nol beban, artinya akan tetap kokoh berdiri. Terakhir, terjadi mallprosedur pemasangan box culvert. Sehingga tidak dapat menahan beban jalan diatasnya,” tutur ZA.
Oleh karena itu, KMP membutuhkan dokumen pelaksanaan proyek pembangunan jembatan Bodem.
“Kami butuh data penyeimbang dalam DEDnya. Jika dalam DED gambarnya lengkung tanpa sambungan, berarti double kesalahan kontraktor dan pengawas. Memang dalam proses manajemen proyek, kontraktor bisa mengajukan perubahan desain dengan alasan yg dapat diterima dan didukung dengan usulan teknis yg disetujui oleh konsuktan perencana secara kaidah teknik,” ujarnya.
Sementara itu, ketika diminta tanggapannya terkait pengecekan KMP dan Tim Ahli ITB yang menyatakan ambruknya jembatan bodem diduga material yang dipergunakan tidak memenuhi syarat, Kadis Binamarga dan Pengairan Purwakarta, Rian Octavia belum bisa berikan jawaban.
“Belom ada konfirm. Kita tetap masih nunggu proses Pusjatan,” uiarnya. (Vans)